Assalamu Alaikum Warohmatullahi Wabarokatuhu .....SELAMAT DATANG DI SEBATIKYOUNG.BLOSPOT.COM..... ..... Welcome to Sebatikyoung.blogspot.com.....

Rabu, 04 Maret 2009

Cerpen

Episod Akhir Pertemuan

Entah mengapa hari ini,Seperti ada yang beban di pikiran Jejen, setelah menerima kabar bahwa satgas marinir Ambalat V akan bertolak meninggalkan pulau Sebatik. Jejen yang nama aslinya Zainal yang masih duduk di bangku SMA kelas 3. Saat sepulang dari sekolah, Jejen terus memencet tombol hape miliknya, Jejen terus menanyakan kabar tentang keberangkatan KRI kepada Bang Syahrul seorang Angkatan Laut yang ikut dalam satgas itu.

Pikiran Jejen kembali tenang ketika mengetahui bahwa KRI akan singgah ke kota tempat jejen Sekolah, sebelum akhirnya melanjutkan pelayaran ke Jakarta. Merasa lega, pikiran jejen melayang ketika pulang ke kampung saat ramadan yang lalu. Selama sebulan dia bersama Bang Syahrul. Nasehat, bimbingan,dan ajaran bang Syahrul telah mengubah kehidupan manja dan kekanak-kanakan Jejen. Itulah yang membekas di hati Jejen saat ini. Teringat kembali saat-saat setelah sholat taraweh berakhir. Jejen, teman-teman jejen dan bang Syahrul bersama-sama tilawah al- Quran secara bergantian, sampai pada malam ke 17 ramadan mereka telah mengkhatam 30 juz. Dan selama itu pula, setelah selesai tilawah, mereka makan bersama-sama makanan yang disiapkan oleh petugas mesjid. Canda, cerita, dan nasehat Bang syahrul mengisi ”hiburan” selama mereka makan. Biasanya bang Syahrul kembali ke postnya tepat jam 11, karena harus tidur dan sahur. katanya bang Syahrul yang tugas piket masak dan bangunin teman-temannya. Kehidupan militer yang selalu bang Syahrul ceritakan menjadi inspirasi buat Jejen untuk hidup lebih disiplin. Pernah suatu ketika bang Syahrul bercerita kalau dia baru saja ngigau dalam tidur dengan berteriak-teriak, itulah yang menjadi ciri khas bang Syahrulketika bercerita, selalu becerita mistis. Satu hal pengalaman yang lucu bagi Jejen dari bang syahrul adalah ketika bang Syahrul mengajar Jejen dan teman-teman Jejen belajar mengaji, Jejen dan teman-teman tertawa kecil ketika bang Syahrul mencontohkan membaca Al- Quran dengan logat Jawa yang kental terdengar bagi Jejen dan teman-temannya yang suku asli Bugis merasa lucu dengan meddomeddo’nya.

* * * *

Hari sudah sore, hp Jejen berdering menerima pesan dari bang Syahrul kalau ia sudah tiba di pelabuhan dan akan segera menuju ke polisi Militer untuk melaksanakan apel pada esok paginya. Jejen tiba-tiba sentak menghubungi langsung Bang Syahrul melalui Hp saudaranya.

”Halo... Assalamu ’Alaikum, Bang. Bisa ketemu ngga’? besok malam di pasar depan mall. Bisakan, ok... aku tunggu bang ya... jam 8. Assalamu Alaikum...”

* * * *

Waktu yang dijanjikan sudah tiba, Jejen yang sedang mengerjakan tugas lewat internet dari setengah delapan tadi sudah selesai. Jejen bergegas keluar dari warnet yang berhadapan dengan pasar. Dia berdiri tepat di depan warnet sambil menunggu kedatangn bang Syahrul.

Dari arah pasar.

”Jen.......”. teriak bang syahrul yang sudah dari tadi memperhatikan Jejen.

”Assalamu ’Alaikum bang......” salam Jejen.

” Wa Alaikum salam.......”. sambut bang Syahrul. ”Wah.... apa kabar ni Jen ?” lanjut bang Syahrul sambil tangan kanannya yang kekar berjabat dengan tangan Jejen.

” Baik-baik aja bang.....” jawab Jejen. ”Ngga’ nyangka bisa ketemu lagi bang” Senyum kegembiraan yang terukir diwajahnya sembari memperhatikan raut wajah bang Syahrul seakan tidak percaya ia dapat bertemu kembali dengan bang Syahrul .

” Ayo....” ditepuknya pundak Jejen seraya berjalan meninggalkan warnet dan masuk kedalam pasar. ”Ngga’ rindu ya sama orang tua di kampung Jen?”.

” Ah, rindu.... ya... rindu. Tapi kan udah biasa jauh sama ortu, jadi uda ngga’ terasa lagi rindunya, bang”.

”Gitu ya... emm... sekarang kita kemana ? ada ngga’ rumah makan sekitar pasar ini ? kamu belum makan juga kan jen ? tanya bang Syahrul dengan nada semangat dan raut wajah yang terlihat gembira.

”Aku udah makan bang, tapi biarlah aku tunjukkan, ayo bang ikut aku”. Ajak jejen semangat.

Dengan langkah yang lebih cepat dari yang tadi, Jejen dan bang Syahrul menuju arah rumah makan yang berada ditengah pasar malam. Sambil terus bertukar cerita , Jejen dan bang Syahrul terus melewati tumpukan pakaian yang digelar oleh pedagang pasar malam itu.

Tidak berapa lama, hape bang Syahrul berdering, sebuah pesan yang datang dari bang Hari, senior bang Syahrul, agar semua anggota kembali ke KRI sekarang. Sambil terus berjalan dan mendengar cerita yang diceritakan Jejen, Bang Syahrul memperhatikan raut muka Jejen yang begitu semangat dan sangat gembira, membuat bang Syahrul seketika berubah, rasa sedih yang dirasakan bang Syahrul saat itu terasa tak dapat ditahan. Jejen yang sebentar lagi Ia tinggalkan, belum tau bahwa pertemuannya akan berakhir sebentar lagi sebelum mereka tiba dirumah makan. Rasa sedih kembali menghantam dengan keras ketika bang Syahrul harus menghentikan langkahnya, kembali memalingkan wajahnya kearah jejen.

”Jen....” memanggil Jejen dan segera menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba. ”Maaf Jen” sambil menatap wajah Jejen yang seolah bingung. Bang syahrul menatap wajah Jejen dengan menghela nafas dalam-dalam menahan pedihnya saat ini. ” Sepertinya aku harus segera kembali ke pelabuhan”. Rangkul bang Syahrul seakan tidak meninggalkan Jejen seperti seorang kakak dan adik yang teleh lama bersama berpisah harus berpisah dan entah apakah akan kembali bertemu. Bang Syahrul yang merupakan sosok yang tegar pun tampak di raut wajahnya menahan pedihnya perpisahan, sehingga nafaspun harus ditariknya dalam-dalam. Akhir tugas bang Syahrul di Pulau Sebatik merupakan akhir pertemuan mereka, karena tak mungkin lagi Bang Syahrul tugas kesana untuk kedua kalinya.

”Tapi bang.....” ujar Jejen dengan nada menolak. Kata-kata bang syahrul dan rangkulannya membuat bias kesedihan tampak di mata Jejen yang bekaca-kaca. Sebelunm sempat berlama-lama dengan Jejen, bang Syahrul harus segera pulang. Tampak kerutan diantara dikedua mata Jejen menahan air mata.

”Udah Jen jangan sedih, tegarlah..... kamu ingat aja nasehat ku, ingat apa yang telah aku berikan padamu. Sekarang kamu bebalik”. Dibalikkannya tubuh Jejen.” jangan pandang aku dan teruslah berjalan.” perintah bang Syahrul. Dan bang Syahrul pun menuju arah berlawanan dari Jejen dan menghilang di tikungan pasar.

Jejen dengan perasaan pasrah berjalan menuju warnet dan menghilang ditikungan menuju kost Jejen. Selamat Tinggal Bang.......